Garis Bilangan ???

Jika diibaratkan dengan garis bilangan, dalam agama ini tidak dapat dikatakan posisi positif (menambah) merupakan kebaikan, posisi negatif (mengurang) merupakan keburukan, ataupun sebaliknya. Agama ini tidak cukup jika hanya dipahami dengan akal, karena kita harus mendahulukan dalil meski dalil itu kita anggap tidak masuk ke akal kita, karna hakikatnya akal manusia itu lemah.
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْىِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلاَهُ وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ
Seandainya agama dengan logika, maka tentu bagian bawah khuf (sepatu) lebih pantas untuk diusap daripada atasnya. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas khufnya (sepatunya).” (HR. Abu Daud no. 162. Ibnu Hajar mengatakan dalam Bulughul Marom bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).
Bisa jadi, yang menambah-nambah itu menganggap islam masih berada disisi negatif, dan beranggapan Islam itu kurang. Atau mereka yang beranggapan bahwa selagi tambahan itu bukan maksiat maka hal itu dibolehkan, sejatinya itulah cikal bakal tertutupnya ilmu syar'i oleh logika manusia yang lemah dan dikuasai syahwatnya.

Berdasarkan Sabda Nabi ﷺ
إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
"Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang baru . Setiap perkara-perkara yang baru adalah bid'ah, dan  setiap bid'ah adalah sesat [ HR. Abu Dawud (no.4607), At-Tirmidzi (no. 2676), Ahmad (IV/46-47) dan Ibnu Majah (no. 42, 43, 44), dari sahabat Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu anhu, hasan shahih ]

Bisa jadi, yang mengurang-ngurangi itu menganggap islam masih berada disisi positif (+), dan beranggapan Islam itu berlebihan. Padahal sejatinya mereka hanya ingin mengikuti hawa nafsu dan mengingkari ketetapan Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman menceritakan sifat orang-orang kafir,
{ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ}
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada ketentuan (syariat) yang diturunkan Allah sehingga Allah membinasakan amal-amal mereka" [QS. Muhammad : 9 ]

Namun faktanya Islam sudah berada di titik netral (0), dan tidak dapat dikatakan netral lagi jika ditambah-tambah atau dikurangi.

Dan netral tidak memiliki angka lain selain (0).
"Karna faktanya kebenaran hanya ada 1 dan sudah sempurna", yaitu agama islam yang berlandaskan dalil-dalil shahih sesuai dengan pemahaman para sahabat Rasulullah ﷺ, murid-murid mereka (tabi'in), dan juga para ulama yang telah diakui kredibilitasnya di dalam isIam yaitu mereka yang senantiasa menghidupkan sunnah dan berjuang membasmi bid'ah (lihat Al Wajiz, hal.21)


Allah ﷻ berfirman :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu." [QS A Ma'idah : 3 ]

Semoga Allah ﷻ senantiasa menunjukkan kita kepada jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang diberi nikmat, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalannya orang-orang sesat. Klik

Penyusun : Ahmad Indie Mutalliby
Banjarmasin, 06 Jumadil Awwal 1440 H

Komentar

Postingan Populer